Anggota DPRD SUL-SEL Asal Kab. Maros,Menulis tentang Operator sekolah

Suara ANGGOTA DPRD SUL-SEL tentang OPS (OPERATOR SEKOLAH)- Berikut isi surat/tulisan beliau...

Selamat berhari minggu bang Anis Baswedan yang baik hatinya. Sehat kan bang? Haruslah bang. Jangan sampai sakit. Masa depan bangsa ini ada di tangan abang. Jadi harus tetap sehat, bugar dan gagah tentu saja.

gambar surat tentang operator sekolah

Dulu-dulu yang jadi menteri di tempat abang itu itu selalu sepuh. Rambutnya klimis, belah samping dan berkacamata. Ada garis usia di pipi dan lehernya. Tapi jokowi ternyata ingin suasana yang lebih fresh. Dunia pendidikan lebih segar, lebih cepat dan up to date. Maka syarat menterinya harus muda, cerdas, gagah dan manis kalo di foto. Dan dirimu itulah bang yang memenuhi semua kriteria itu.

Kalau ada yang bertanya kenapa begitu kriterianya? Jawabannya sederhana saja. Karena yang mau di urusi tak sedikit. Data final in brief 2012 menyebutkan bahwa ada 70.917 TK, 1.924 SLB, 146.826 SD, 33.668 SMP, 21.910 SMA dan 3.170 perguruan tinggi yang harus di urusi. Dan itu tak termasuk sekolah di kementerian agama yang jumlahnya di semua jenjang 71.059 sekolah.

Maka sehatlah bang. Negeri ini sungguh berharap banyak padamu. Sesekali minumlah madu dari sumbawa, icip-iciplah teripang dari kedalaman laut sulawesi, minumlah teh yang dilengkapi rhizoma sunti. Juga melahap matoa dari irian yang punya kandungan vit C yang tinggi. Kesemua itu adalah makanan dari negeri kita yang menyehatkan bang. Bisa menjaga stamina dengan maksimal. Minyak lintah? Ini juga produk negeri kita bang. Tp tak akan saya rekomendasikan.

Bang Anis yang baik.

Saya semakin paham bahwa mengurus pendidikan itu tak sesederhana yg sekian lama saya bayangkan. Bahwa hanya butuh gedung sekolah, guru dan buku buku. Kemarin saya gusar karena guru honor yang tak jelas nasibnya, padahal mereka adalah bahagian integral dari dunia pendidikan kita. Itulah knp saya mengadu padamu tentang nasib mereka beberapa waktu yang lalu. Saya yakin nasib mereka sedang abang perjuangkan dengan baik.

Tapi kemarin, di aula kantor bupati Maros, saya disadarkan oleh keadaan, ternyata begitu dangkal pahaman saya tentang pendidikan. 300an orang dari berbagai kabupaten di sulsel berkumpul. Mereka sedang mendeklarasikan sebuah forum yang juga menjadi bahagian dari dunia pendidikan kita tapi jujur barulah saya tahu keberadaannya. Namanya keren. Operator dapodik. Kerjaannya juga keren. Menyulam seluruh data kependidikan kita dengan online. Memaksimalkan fitur aplikasi dapodik yang sekarang sudah seri 4. Mereka dengan aplikasi itu menginput seluruh kabar data di setiap sekolah kemudian di kawinmawinkan di jakarta sebagai bacaan dasar seberapa progresif pendidikan kita bergerak secara nasional. Makanya kalo ada yang bertanya pak menteri pendidikan itu bekerja atau tidak? Saya tidak akan jawab bang. Pasti orang yang bertanya itu kurang piknik.

Buat saya, aplikasi dapodik itu sangat up to date. Dulu data2 sekolah di rekam dengan word dan exel, kemudian di print lalu di kemas menjadi paket berbundel2. Dikapalkan atau di terbangkan ke jakarta. Berpekan2 baru tiba, itu kalau tak kesasar ekspedisinya. Hari ini aplikasi dapodik datang, dan semuanya menjadi sederhana. Angka input yang di ketik di selayar dalam hitungan detik merubah neraca dapodik nasional. Ah, abang betul cerdas dan cakep! Ngangenin!

Tapi jujur saja bang, operator dapodik itu sungguh baru di kepala saya. Maklum kurang piknik juga bang. He he he. Tapi minimal itu memberi saya jawaban atas kecepatan pembaharuan di departemen pendidikan. Sebuah sistem yang bekerja senyap tapi cepat dan terukur. Dulu saya tergagap2 mendengar abang bicara di berbagai forum dengan data yang hampir setiap saat termutakhirkan. Tapi akhirnya saya tahu ada operator dapodik yang bekerja dengan sungguh2 di belakang itu semua.

Bang anis yang baik hatinya.

Sungguh 2 jam kemarin itu saya bahagia dan mensyukurinya. Allah berkenan memberi saya ijin bertemu dengan orang2 yang bekerja di punggung pendidikan kita. Orang orang yang sangat faham bahwa data adalah alat ukur yang paling real dari kemajuan sebuah bangsa. Saya juga turut terharu pada apa yang menjadi visi forumnya, memberikan masukan kepada kementerian sekaitan dengan pemaksimalan data pendidikan kita. Padahal sebahagian besar dari mereka tak berNIP.

Mereka lebih sedikit dari guru. Rerata hanya 1 persekolah. Tapi mereka adalah jembatan dari indeks pembangunan manusia Indonesia. Dari tangan mereka yang sibuk di atas tuts itulah, data2 terinput dan teritegralkan dengan seluruh sistem kependidikan kita. Bang anis yang cakep.

Kerja cerdas para operator itu kini sudah kelihatan hasilnya. Database pendidikan kita berangsur lebih baik. Maka saya sebagai bahagian dari rakyat Indonesia ingin berterimakasih kepadamu bang, bahwa para operator itu ternyata juga mendapat tempat di pikiranmu. Juknis BOS 2016 memuat lebih terang posisi mereka. Bahwa ada serpih dari dana BOS itu yang menjadi hak mereka para operator itu. Tentu saja mereka bahagia. Karena selama ini para operator itu hanya mendapatkan 200 ribu sampai 500 ribu sebulan. Itu pun dibayarkan rata2 pertriwulan. Kini angka maksimal itu yang menjadi potensi pendapatannya.

Tapi pertanyaannya kemudian bang? Adakah kalkulasi real dari angka serpih BOS itu? Cukupkah angka itu untuk membuat dapur mereka berasap? Bagaimana anak2 mereka harus bersekolah dengan pendapatan seperti itu? Matematika saya tak begitu baik bang. Tapi saya memastikan 500 ribu tidak cukup sebagai biaya hidup sebulan untuk 1 keluarga. Angka2 inflasi yang muncul di pasar tak akan mungkin mereka bisa akselerasi dengan baik. Pula dari juknis BOS 2016, salah satu point yang krusial adalah upaya terjembatani profesi operator itu menjadi outsourcing. Apakah selama ini kita tak belajar dari realitas outsourcing yang kadang tak manusiawi?

Plis abang. 500 ribu itu tak manusiawi. Tidakkah abang ingin melihat mereka sesekali piknik. Singgah di mall menghibur diri. Yang bapak2 sesekali nongkrong di starbuck. Dan ibunya2 memilih bulu mata imitasi. Minimal anti badai. Ayolah bang. Tahun depan juknisnya tak usah ada kata sesuai dengan kemampuan daerah. Kunci saja bahwa akan mengikuti upah minimum provinsi. Kalau itu jadi, saya yakin mereka akan lebih giat menginput data dan membekali diri dengan kecerdasan yang lebih baik. Tak usahlah besarannya seperti sertifikasi yang bisa mendatangkan velos. Cukup UMP saja bang.

Operator2 itu memang hanya mengelola data saja dan data memang hanya angka2. Tapi program yang lahir tak berpijak dari data2 yang valid adalah kegagalan yang terencanakan. Maafkan bang. Saya mengganggu hari liburmu dengan celoteh yang kurang penting. Mungkin hanya sepadan dengan kerupuk yang menemani sepiring pecel. Tak bergizi. Tapi kriuk kriuknya itu bang. Kedengaran seksi.

> Hormat dan terimakasih bang.
Wawan di mannaungi.
Selamat atas pelantikan pengurus FOPPSI kab. Jeneponto, Maros dan Makassar.
Juga pengurus FOPPSI Sulawesi Selatan. Selamat bekerja. .
#Wawan Mattaliu, 17 April 2016
Download permendikbud tentang kesejahteraan operator Dapodik

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel