Benarkah Kualitas Guru Jauh Lebih Penting Ketimbang Kurikulum?

Apa benar mendikbud lebih mementingkan kualitas guru dibanding kurikulum? menurut salah satu pendapat seorang guru. Sebenanrya walaupun Guru nya berkualitas tapi kurikulum nya ngawur juga gak bener, dua mata uang ini tak layak dipisahkan, jika demikian seolah-olah guru guru yang berkualitas ini tak punya aturan main dalam garis haluan besar pendidikan yang ditetapkan bersama untuk kepentingan nasional. ya gak Pak Menteri. buktinya Kenapa kurikulum selalu ada pergantian kenapa k13 kemaren di revisi. siapa yang mengusulkan. apa penyebabnya?. Nah bagaimana pendapat anda?

gambar mendikbud muhadjir effendy

Sahabat guru-id, berdasarkan informasi yang admin kutip dari salah satu web berita rimanews.com. Mendikbud Muhadjir Effendy menegaskan bahwa Kurikulum 2013, Kurikulum 2006 (KTSP), atau kurikulum apapun hanya "nama" (bagian luar), karena hal paling menentukan kualitas pendidikan adalah guru.


"Kurikulum yang ada akan jalan terus, tapi kurikulum itu hanya nama (bagian luar), karena kurikulum sebaik apapun kalau gurunya tidak berkualitas juga akan percuma," katanya dalam simposium pendidikan di Surabaya, Sabtu (6/08/2016).

Di hadapan puluhan peserta simposium dalam rangka pelantikan Perhimpunan Keluarga Besar (KB) Pelajar Islam Indonesia (PII) Jawa Timur 2016-2020, ia menjelaskan pendidikan akan tetap berjalan, meski kurikulum berganti. "Jadi, kualitas pendidikan tidak ditentukan kurikulum berganti atau tidak, namun kualitas pendidikan itu sangat ditentukan oleh kualitas guru," kata Ketua Dewan Kehormatan Perhimpunan KB PII Jatim 2016-2020 itu.

Menurut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu, kualitas guru itu ditentukan tiga parameter yakni expert (keahlian) atau profesionalisme, tanggung jawab sosial pada kualitas pendidikan, dan panggilan hidup (jiwa korsa). "Kalau guru itu memiliki tiga parameter itu, maka dia akan tahu apa yang harus dilakukan, bahkan ekstremnya itu tanpa kurikulum pun akan tetap bisa jalan. Kalau kita fokus pada kurikulum dan mengabaikan kualitas guru, maka kualitas pendidikan akan sulit tercapai," katanya.

Namun, katanya, Presiden Joko Widodo memberi tiga tugas utama kepadanya, yakni kualitas pendidikan, akses pendidikan, dan penyiapan generasi siap kerja.

"Kalau akses pendidikan itu terkait keberpihakan kita pada masyarakat miskin, sedangkan penyiapan generasi siap kerja itu bagaimana melakukan link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja, bukan cuma memperbanyak SMK tanpa laboratorium," katanya. Terkait pendidikan karakter, ia mengatakan, pembentukan karakter itu dapat dipenuhi bila siswa mempunyai banyak waktu di sekolah, karena itu Full Day School itu patut dipertimbangkan untuk pendidikan karakter itu.

Menanggapi pernyataan Mendikbud itu, Ketua Umum Perhimpunan KB PII Jatim Prof Dr Zainuddin Maliki MSi itu menyatakan dukungan, karena guru itu memang sangat menentukan kualitas pendidikan. "Itu genuin (murni) dalam pendidikan, karena itu PII Jatim siap menjadi bagian dari solusi untuk peningkatan kualitas pendidikan itu," kata Ketua Dewan Pendidikan Jatim selama dua periode itu.

Untuk meningkatkan kompetensi guru itu, ia menyarankan perlunya pelatihan guru dilakukan secara rutin dan berjenjang, jumlah mata pelajaran perlu dikurangi dari 12 mata pelajaran menjadi 7-8 mata pelajaran, serta pembelajaran secara kolektif "team teaching".

"Guru yang profesional itu tidak banyak bicara tapi mendorong siswa untuk aktif, sehingga kepribadian siswa juga akan terbentuk dan mengalami langsung adanya kesulitan, kemudian guru juga bisa dinilai dalam kinerja melalui penilaian otentik, bukan dinilai dari sertifikasi dengan beban 24 jam mengajar," katanya.

sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel