Fakhrur Rosyidi Jadi Inspirasi, Pagi Mendidik, Siang Jadi Tukang Sampah

Fakhrur Rosyidi - Guru honor sekolah ini sungguh luar biasa. Namanya Fakhrur Rosyidi, beliau adalah guru di SDN Banjarimbo II, Kecamatan Lumbang yang sudah mengabdi sejak tahun 2005 silam. Mengapa saya tuliskan bapak ini "luar biasa" karena setiap pulang mengajar dan pada pukul 15.00, beliau melakukan kegiatan yaitu mengumpulkan berbagai serakan sampah. Bagaiman tidak salut, pekerjaan ini sudah ditekuninya sejak tahun 2008. Ingin tahu bagaimana ceritanya dan siapakah sosok guru yang perlu dicontoh ini? baca artikel yang kami kutip langsung daru sumber resminya kompas.com

gambar Fakhrur Rosyidi Guru Honorer

Setiap hari, ia harus menempuh jarak 35 kilometer untuk sampai ke tempatnya mengajar. "Biasanya saya berangkat pukul 6.30 WIB. Baru sampai ke sekolah pukul 7.30 WIB," tuturnya. Namun, berprofesi sebagai guru honorer membuatnya hidup serba kekurangan. Sebab, setiap bulan ia hanya menerima gaji sebesar Rp 125.000. Besaran gaji yang belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Ketika itu, tahun 2008 masyarakat sini menginginkan sampah diangkut terus dibuang ke suatu tempat. Pada waktu itu ditawari siapa yang mau. Akhirnya saya sendiri mengajukan. Istilahnya mencari tambahan," ungkapnya.

Sejak saat itu, kesibukan Fakhrur bertambah. Pagi sampai siang menjadi guru honorer sedangkan sorenya menjadi tukang sampah. "Dulu masih dorong pakai gerobak. Tapi sejak tahun 2012, dapat bantuan motor niaga," sebut dia. Menjadi tukang sampah tidak semerta-merta membuat hidup Fakhrur tambah membaik. Sebab, dirinya tidak mendapat bayaran tetap dari pemerintah desa setempat. Fakhrur hanya mengandalkan pemberian dari penghuni rumah yang menggunakan jasanya. Meski begitu, lulusan MAN 3 Malang itu enggan memasang tarif untuk jasanya itu. Ia mengaku hanya menerima sesuai pemberian penghuni rumah tersebut. Ada yang memberi Rp 5.000 tiap bulan, ada juga yang memberinya Rp 10.000 per bulan.

"Sekarang ini sudah lumayan banyak mas. Ada 80 rumah yang saya ambili sampahnya. Kalau dulu hanya 10 rumah," ungkapnya. Namun demikian, Fakhrur mengaku tidak akan meninggalkan profesinya sebagai guru honorer. Sebab bagi Fakhrur, menjadi guru merupakan sebuah pengabdian. "Saya ingin sekali mengamalkan ilmu saya yang saya dapat. Karena tanggung jawabnya tidak hanya di dunia," jelasnya.

Sumber atau selengkapnya : kompas.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel