Cara Mengajarkan Anak Memecahkan Masalah Sendiri
Sahabat guru-id, Melatih anak menjadi mandiri perlu dibiasakan mulai sedini mungkin. Jika anak dibiasakan mandiri, maka mereka akan belajar memecahkan masalah sendiri. Berikutnya mereka akan menjadi anak kreatif karena telah dilatih berfikir sendiii. tentunya suatu kebanggan tak ternilai memiliki anak pintar dan kreatif bukan, oleh karena itu pada posting kali ini admin akan berbagi beberapa tips melatih atau mengajarkan Anak Memecahan Masalah Sendiri yang admin kutip dari sumber terpercaya. Selamat membaca
Mengajarkan anak tentang pemecahan masalah (problem solving) bisa dilakukan sedini mungkin agar mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Cara yang bisa dilakukan dan diperhatikan orang tua untuk melatih kemampuan problem solving pada anak-anaknya, antara lain;
Pertama, beri rasa aman dan nyaman pada penerimaan anak, serta memberi kesempatan pada anak untuk kemungkinan melakukan kesalahan. Perlu disadari, dalam hal ini orang tua sedang mengajarkan anak untuk terampil dalam hidup (life skill), bukan sedang menciptakan manusia super tanpa kesalahan.
Selanjutnya, orang tua perlu memahami prinsip-prinsip perkembangan agar metode pembelajaran dalam pola asuh pada anaknya dapat berpihak dan sesuai dengan perkembangan anak. Gunakan metode permainan agar lebih mengasyikkan dan membuat anak tidak merasa tertuntut dan tertekan dalam menerima pembelajaran tersebut.
Kedua, orang tua perlu menjadi model yang baik bagi anaknya. Misal, apabila orang tua selalu menunjukkan reaksi marah dengan suara keras serta mengumpat saat menghadapi masalah, maka anak akan belajar melakukan hal yang sama dalam menghadapi masalahnya. Maka, tunjukkanlah perilaku baik dalam menghadapi masalah agar dapat ditiru anak.
Ketiga, jalinlah komunikasi dua arah yang baik antara orang tua dan anak. Keterampilan komunikasi yang dimiliki orang tua dapat memperlancar tujuan pembelajaran pada anak. Komunikasi bukan hanya sekedar memberikan tempat curhat bagi anak, tetapi juga harus terampil memberikan feedback secara asertif, serta terampil mengkomunikasikan dukungan positif bagi pembentukan perilaku anak.
Keempat, buatlah proses pembelajaran positif tersebut menjadi sebuah kebiasaan. Gunakan media bermain anak sebagai tempat pembiasaan tersebut, seperti dengan cara bercerita atau pada kejadian sehari-hari. Biarkan anak belajar memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupannya. Orang tua hanya memfasilitasi dan akan memberi bantuan jika anak benar-benar tidak mampu menyelesaikan masalahnya.
Cara Mengajarkan Anak Memecahkan Masalah Sendiri
ada sedikit pertanyaa yang memunculkan beberapa jawaban membantu untuk para pendidik. Bagaimana membantu dan mendukung anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri? : Ini dia jawaban dan tips yang bisa anda coba
1. Melatih EmpatiAnak dengan usia 3-4 tahun sudah mulai bisa menunjukan rasa empatinya terhadap oranglain. Jadi, jangan heran ketika ia melihat kucing atau temannya disakiti ia akan menangis atau kesal. Akan tetapi, terkadang juga masih muncul sifat egosentrisnya pada si anak. Nah, untuk mengasah kemampuan si anak mengenali perasaan orang lain, ajaklah balita untuk mengenali bahasa tubuh dan ekspresi yang dimunculkan oleh temannya. Dari sini, anak-anak akan bisa menghindari dan menentukan perbuatannya terhadap oranglain sehingga masalah bisa dihindari.
2. Asah KemampuanAsah kemampuan balita untuk dapat memilah dan memilih situasi dengan mengajukan sebuah pertanyaan. Hal ini tentunya dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi dan menghindari pertengkaran pada si anak yang akan memicu masalah. Seperti misalnya, tanyakan apa yang terjadi, mengapa masalah tersebut terjadi dan lain-lain.
Nah, jika balita masih mengalami kesulitan untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan masalah, maka berikan mereka pilihan solusi. Seperti, tanyakan apakah anak ingin meminta temannya bergantian atau meminta permainan lain yang bisa dilakukan berdua. Selain itu, tanyakan pula alasannya mengapa anak anda memilih cara tersebut.
3. Selesaikan Masalah dengan BerbicaraBerikan pemahaman pada balita tentang bagaimana menyelesaikan masalah yang baik. Tidak perlu ada agresi fisik seperti memukul, mencubit atau bahkan mengigit. Penyelesaian masalah bisa dilakukan dengan dialog. Cara ini mungkin akan terdengar sulit dilakukan anak balita, namun balita akan dapat memilih cara penyelesaian solusi ini jika ada dukungan dari orangtua. Anda juga harus mampu memberikan contoh pada mereka bagaimana menghadapi konflik dengan baik.
Berikan contoh pada anak tentang bagaimana mengontrol sikap. Anda juga bisa menyelesaikan masalah yang melibatkan balita anda dengan membawa mereka dan mengajaknya untuk berdiskusi. Cara ini diharapkan bisa ditiru oleh si balita dan diserapnya untuk kemudian bisa ia aplikasikan dalam kehidupan nyatanya.
4. Identifikasi MasalahBantu anak untuk mengidentifikasi masalahnya sendiri. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui masalah yang sesungguhnya dan orang tua dapat membantu anak untuk menentukan hal yang selanjutnya bisa ia lakukan. Misalkan ketika anak bertengkar dengan temannya, minta anak untuk duduk bersabar dan tanyakan masalah apa yang sebenarnya terjadi, jika masalahnya dipicu karena salah paham, maka Anda bisa meminta anak untuk kembali bersama dengan teman-temannya dan bermain bersama kembali.
5. Usahakan Untuk Tidak Ikut CampurKetika anak menengahi pertengkaran teman-temannya. Maka, coba hargai pendapat anak dan berikan mereka kepercayaan bahwa ia akan dapat menemukan solusinya. Berikan waktu untuk dapat menengahinya. Meski tak jarang hal ini akan membuat ia berlari dan meminta bantuan orang dewasa untuk dapat menyelesaikan konflik, akan tetapi tetap berikan ruang dan kepercayaan.
Ketika anda datang menghampiri anda untuk meminta bantuan agar bisa menengahi pertengkaran temannya, cobalah ajukan beberapa pertanyaan padanya. Dengan begitu, umumnya anak-anak akan dapat menerima solusi yang diusulkan oleh orang dewasa. "Kalo kata ibu sih, daripada kalian bertengkar gara-gara ingin satu kelompok, lebih baik bermain bersama-sama sayang."
Meskipun masih kecil dan tumbuh dalam tubuh balita, bukan berarti anak-anak tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Asal ada usaha dan bantuan serta dorongan dari orangtua untuk melakukannya, maka perlahan namun pasti si balita akan belajar bagaiman caranya menyesaikan sebuah konflik. Memang hasil yang diraih tidak akan sempurna, akan tetapi proses lah yang harus dinilai bukanlah hasil akhirnya.
referensi: Bidanku.com